Jumat, 26 Juni 2015

STRATEGI MEWASPADAI SERANGAN HAMA WERENG COKLAT AKIBAT PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENSUKSESKAN PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL


RINGKASAN
Perobahan iklim mengakibatkan tejadinya peningkatan suhu, dan anomaly iklim yang disebut dengan El-Nino dan La-Nina serta pola curah hujan yang tidak teratur. Dampak dari perobahan iklim tersebut terhadap produksi padi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi produksi padi adalah serangan hama. Wereng coklat merupakan salah satu hama penting yang dapat menurunkan hasil padi secara terus menerus dalam sekala luas. Serangan hama ini tidak saja menyerang langsung dengan mengisap cairan tanaman tetapi juga berperan sebagai vector beberapa penyakit virus yaitu kerdil hampa, kerdil rumput tipe 1 dan tipe 2. Secara komulatif kerusakan tanaman padi oleh serangan wereng coklat dan penyakit virus yang dipindahkannya bisa mencapai 30%. Hama wereng coklat ini termasuk jenis hama yang sulit dikendalikan dan mempunyai tingkat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Peningkatan suhu (pemansan global) secara umum dapat memicu perubahan kehidupan biologis, terhadap wereng coklat misalnya terjadi perubahan perilaku dan meningkatkan reproduksi, kelimpahan populasi,  penyebaran, perobahan biotipe serta jumlah generasi, sehingga berdampak positif terhadap perkembangan populasinya dan akan menjadi ancaman terhadap peningkatan produksi padi secaara terus menerus. Perobahan iklim yang akan terus terjadi pada masa yang datang, maka perlu menyusun strategi dan kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi serangan wereng coklat secara dini dan efektif dengan melakukan program yang bersifat pencegahan maupun pengendalian dengan menerapkan inovasi teknologi yang berorientasi pada ekonomi dan lingkungan. Beberapa strategi yang perlu dilakukan adalah 1) melakukan pemberdayaan sumber daya manusia (petugas dan petani), 2) pengembangan konsep PHT menjadi Pengendalian Keragaman Hayati Trpadu (PKHT), 3) meningkatkan kemampuan musuh alami melalui rekayasa genetic, 4) penerapan dan pengembangan konsep PHT/PKHT pada program SL-PTT dan 5) menggalakkan pemantauan populasi hama wereng secara kontinu dalam skala luas. Implikasi kebijakan yang perlu diambil dapat difokuskan menjadi tiga aspek pertama mensosialisasikan paradigma baru pengendalian hama dengan berorientasi keragaman hayati yang disebut PKHT, kedua melakuakn gerakan penerapan konsep PKHT dalam program SL-PTT dan ketiga menyiapkan sarana prasarana menunjang pengendalian hayati di daerah.

PENDAHULUAN
Program peningkatan produksi padi hampir selalu menghadapi masalah, terutama serangan hama. Hingga saat ini terdapat tiga hama penting yang merusak tanaman padi yaitu tikus, penggerek batang, dan wereng coklat (Nilaparvata lugens). Wereng coklat menjadi hama utama tanaman padi sejak dimulainya program intensifikasi. Serangan hama ini selain langsung mengisap cairan tanaman padi tetapi juga  sebagai vektor penyakit, sehingga kerusakan tanaman padi secara kumulatif dapat mencapai 30%. Keunggulan lain serangga ini dapat membentuk tipe dewasa makroptera (bersayap) kalau ketersediaan makanan terbatas serta membentuk biotipe baru untuk mematahkan ketahanan varietas. Disamping itu pengaruh iklim seperti  temperatur, kelembaban dan curah hujan yang ekstrim serta penggunaan insektisida yang berlebihan sangat mendorong  perkembangan populasi wereng coklat.
Program intensifikasi selama periode revolusi hijau  (1970-1985) telah meningkatkan produksi padi secara nyata dan mencapai swasembada untuk pertama kalinya pada tahun 1984. Namun swasembada beras tidak bertahan lama karena makin beragamnya masalah yang dihadapi dalam usahatani padi, salah satunya serangan hama wereng coklat. Penggunaan insektisida yang tidak tepat telah menimbulkan  rseistensi dan resurgensi pada wereng, sehingga serangannya terjadi secara terus-menerus dan dalam skala luas. Dampak negatif lain dari penggunaan insektisida adalah terbunuhnya musuh alami serta keracunan pada manusia. Serangan wereng coklat mencapai puncaknya  yaitu seluas lebih 2,5 juta hektar selama periode revolusi hijau tersebut. Dalam mengatasi serangan WBC yang terus meluas pada waktu itu, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 tahun 1986, isinya melarang penggunaan 57 jenis insektisida untuk mengendalikan hama padi karena dapat menimbulkan resistensi dan resurgensi pada wereng coklat, sekaligus menerapkan dan mengembangkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara nasional melalui program SL-PHT. Penerapan Inpres No3 1986 tersebut telah berhasil secara spektakular dalam mengatasi serangan hama wereng coklat. Hal ini terlihat dari  luas serangan wereng  pasca Inpres No.3 sampai tahun 1990  hanya 458.038 ha, pada dasawarsa (1991-2000) terjadi penurunan lagi yaitu 312.610 ha, tetapi pada dasawarsa berikutnya 2001-2010 terjadi peningkatan serangan yaitu mencapai 351.748 ha. Kurun waktu pasca pengembangan SL-PHT terjadi dua kali ledakan serangan wereng yaitu tahun 1998 dan tahun 2010, pada tahun 2010 saja mencapai 128.738 ha dan seluas 4.602 ha adalah puso terutama di Jawa. Tingginya tingkat serangan wereng dan kerusakan pertanaman saat itu terutama disebabkan oleh pengaruh La-Nina dan pemanasan global. Faktor lain yang mendorong ledakan wereng coklat pada tahun 2010 itu adalah penanaman varietas rentan seperti padi hibrida, pertanaman yang tidak serentak, penggunaan pupuk tidak seimbang dan penggunaan insektisida yang tidak tepat. Disamping faktor-faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor kunci yang terjadi yaitu petani dan petugas lupa atau tidak menerapkan  konsep PHT secara utuh, disamping itu petani juga tidak melakukan monitoring perkembangan populasi hama wereng dan musuh alaminya, sehingga pengendalian secara dini tidak bisa dilakukan.   Berdasarkan informasi di atas, ternyata tingkat serangan wereng coklat pada beberapa dasawarsa yang lalu terutama selama kurun waktu pasca Inpres No.3 masih relatif tinggi dan telah menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu serangan wereng coklat perlu terus diwaspadai karena akan tetap menjadi ancaman dimasa yang akan datang dalam upaya meningkatkan produksi padi nasional. Dengan demikiaan perlu adanya  strategi yang dapat mengatasi serangan hama ini secara dini  dan  diikuti dengan implementasi kebijakannya yang cepat dan luas.
PENGARUH PEMANASAN GLOBAL TERHADAP “ARTROPODA COMMUNITY” PADA PERTANAMAN PADI
            Artropoda community pada pertanaman padi tidak saja berperan sebagai hama tetapi juga sebagai musuh alami baik sebagai predator maupun parasitoid. Beberapa hama penting yang tergolong Artropoda adalah wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, kepinding tanah, walang sangit, sedangkan yang menjadi musuh alami adalah laba-laba, kumbang dan kepik predator serta jenis tabuan  parasitoid.
          Perobahan iklim tidak saja menimbulkan peningkatan suhu secara ekstrim (pemanasan global) tetapi juga menimbulkan anomaly iklim seperti adanya La-Nina (banyak hujan dimusim kemarau) dan El-Nino serta pola curah hujan yang tidak menentu. Perobahan iklim ini ternyata dapat berdampak negatif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produksi padi nasional. Keterkaitan antara perobahan iklim dengan hama  dan produksi padi sangat erat. Perobahan iklim dapat mempercepat perkembangan populasi,  penyebaran dan tingkat serangan hama, kalau didalam pengelolaan hama tersebut tidak menerapkan perinsip PHT, tentu masalah ini akan meningkatkan kehilangan hasil padi secara kontinu     
          Peningkatan suhu sangat berpengaruh nyata terhadap kehidupan serangga mencakup proses fisiologi, perilaku, perkembangan/kelimpahan populasi, penyebaran (meningkatkan mobilitas), reproduksi (memperpendek siklus hidup) dan meningkatkan jumlah generasi. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pemanasan global juga mendorong perobahan biotipe dan mengurangi efektivitas ketahanan varietas,  peranan musuh alami dan penggunaan biopestisida. Peningkatan suhu tahunan di Jepang selama 40 tahun terakhir mencapai 1oC. Diprediksi selama kurun waktu 1990-2100 (110 tahun) akan terjadi peningkatan suhu mencapai 1,4-5,8oC. Peningkatan suhu  akan terus terjadi seiring dengan perobahan iklim yang ekstrim. Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa dengan peningkatan suhu 2oC dapat meningkat jumlah generasi kelompok Artropoda hama padi berkisar antara 0,7-1,76 kali, pada wereng coklat saja 1,6 kali, sedangkan  pada kelompok Artropoda musuh alaminya lebih tinggi kecuali terhadap laba-laba mencapai rata-rata lebih dari 2 kali, tertinggi pada serangga parasitoid Trichogramma  yaitu 3,8 kali.

STRATEGI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN MEWASPADAI SERANGAN HAMA WERENG COKLAT

Strategi
Beberapa strategi yang perlu dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah sebagai berikut ;
·   Melakukan pemberdayaan sumber daya manusia (petugas dan petani) 
Pemberdayaan dalam bentuk gerakan untuk meningkatkan kemampuan petugas dan petani dalam penguasaan perinsip-perinsip pengendalian hama. Hal ini dapat dilakukan melalui TOT bagi petugas dan berupa pelatihan serta sekolah lapang untuk petani,  diharapkan dengan adanya program ini akan menciptakan  petani-petani ahli PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Petani ahli PHT ini  juga dapat menjadi nara sumber bagi petani lain, sehingga proses diseminasi teknologi akan lebih cepat dan efektif karena menerapkan model penyuluhan dari petani untuk petani (farmer to farmer).

·   Pengembangan konsep PHT
     Penerapan konsep PHT sudah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dalam pengendalian hama wereng coklat di Indonesia. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep PHT perlu dikembangkan menjadi Pengendalian Keragaman Hayati Terpadu (PKHT) atau Integrated Biodiversity Management (IBM). Konsep PKHT ini berupa perpaduan antara PHT dengan konservasi, dengan kata lain lebih menekankan aspek ekologi namun juga aspek ekonominya. Penerapan PKHT ini akan meningkatkan atau mempertahankan keragaman hayati sehingga dapat menjamin keberadaan dan sekaligus meningkatkan peranan  musuh-musuh alami lokal. Implementasi konsep ini dalam mengendalikan hama wereng coklat dapat dilakukan dengan pengelolaan agroekosistem persawahan melalui konservasi seperti menerapkan sistem tumpang sari, yaitu penanaman palawija di pematang atau surjan pada saat ada tanaman padi,  melakukan pergiliran tanaman dan memelihara tanaman lain seperti rumput-rumputan di sekitar lahan sawah, baik pada saat ada tanaman padi maupun dalam keadaan bera. Dalam kondisi tertentu atau pada saat musuh alami lokal tidak berperan bisa melakukan introduksi musuh alami baik secara inokulasi (dilepas dalam jumlah sedikit) maupun secara  inundasi (dilepas dalam jumlah banyak) sehingga keragaman hayati dan keseimbangan agroekosistem tetap terjaga

·   Meningkatkan kemampuan musuh alami utama melalui penelitian rekayasa genetik

Berkembangnya teknologi DNA atau rekayasa genetik pada era tahun 1970an berkontribusi terhadap pengembangan penelitian biologi molekuler untuk meningkatkan efektifitas musuh alami. Terkait dengan peningkatan kemampuan musuh alami melalui rekayasa genetik ini sudah mulai dilakukan seperti penelitian untuk mendapatkan predator kepik C. lividipennis yang memiliki kemampuan memangsa tinggi terhadap hama wereng coklat melalui seleksi DNA.

·   Penerapan dan pengembangan konsep  PHT pada program SL-PTT
Program P2BN yang dilakukan melalui SL-PTT merupakan suatu wadah  penting dan prospektif dalam menerapkan dan mengembangkan konsep PHT atau PKHT. Oleh karena itu perlu adanya penekanan dan pengawalan terhadap penerapan konsep tersebut terutama di lahan LL (Labor Lapang) seluas satu hektar di kawasan SL-PTT (25 ha) tersebut. Penerapan konsep PHT atau PKHT dalam program SL-PTT akan mempercepat alih teknologi kepada pengguna dan sekaligus melakukan antisipasi terhadap serangan wereng coklat, sehingga pengendalian hama wereng coklat ini bisa dilakukan  secara dini sehingga lebih efisien, efektif dan berwawasan lingkungan.  

·   Menggalakkan pemantauan populasi wereng coklat
  Pemantuan populasi sangat penting artinya untuk mengetahui kondisi fluktuasi populasi hama yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengambil suatu keputusan apakah perlu atau tidak  melakukan  tidakan pengendalian seperti penggunaan insektisida. Pemantauan populasi wereng coklat bisa dengan cara yang mudah dan murah yaitu menggunakan lampu perangkap. Metoda ini disamping dapat mengetahui jenis dan perkembangan populasi hama-hama serangga dan juga musuh-musuh alami yang tergolong serangga terutama yang tertarik dengan cahaya lampu.
Implikasi Kebijakan
Melemahnya usaha pengembangan dan penerapan konsep PHT terhadap hama padi terutama wereng coklat saat ini, perlu adanya kebijakan yang mendasar dilakukan oleh pemerintah yaitu pertama  mensosialisasikan perobahan paradigma pengendalian hama dari konsep PHT  menjadi PKHT yang merupakan perpaduan  dari konsep PHT dengan konservasi lingkungan kedua perlu adanya gerakan pengembangan dan penerapan konsep PKHT kepada petugas dan petani dalam program SL-PTT secara komprehensif dan berkelanjutan dan ketiga adalah menyiapkan fasilitas atau sarana prasarana untuk menunjang dan mengembangkan musuh-musuh alami lokal dalam upaya menggalakkan pengendalian hayati.

Prof (R).Dr. Ishak Manti, MS



DAFTAR RUJUKAN

BAEHAKI. S.E. 2011. Normalisasi dan pengendalian dini hama wereng coklat pengaman produksi padi nasional. Agro Inovasi. Inovasi Pengendalian Hama Wereng.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Edisi 20-26 Juli 2011 No. 3415 Tahun XLII; 9 hal.

CATINDING, J.L.A, G.S. ARIDA, S.E. BAEHAKI, L.Q. CUONG, M. NOROWI, W.RATTANAKAM, W.SRIRATANASA, J. XIA and Z. LU. 2009. Pp 191-220 In Heong K.L., Hardy, B. Editors. 2009. Planthoppers: new threats to the sustainability of intensive rice production system in Asia, Los Banos (Phlippines)

KENMORE, F.E. 1980. Ecology and outbreaks of a tropical insect pest the green revolution the rice brown planthopper Nilaparvata lugens (Stal). Ph.D Thesis, Univ. of California, Berkeley, USA. (Unpublished). 226 p.
KIRITANI, K. 2006. Predicting impact of global warming on population dynamics and distribution of arthropods in Japan. Populasi Ecology (2006) 48: 5-12

KRUTMUANG, P. 2011. Brown planthopper (nilaparvata lugens) and pest management in Thailand. Conerence on International Research on Food Security,Natural Resource Management and Rural Development. Univversity of Bonn, October 5-7, 2011.
MANTI, I., DAN K. ZEN. 1997. Kelimpahan Musiman Populasi Wereng Batang Coklat dan Musuh Alaminya pada Beberapa Verietas Padi. Pengelolaan Serangga Secara Berkelanjutan. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi, Bandung, 24 – 26 Juni 1997 : 268-276.
RAMYA, M., J.S. KENNEDY, V.GEETHA LAKSHMI, A. LAKSHMANAN, N. MANIKANDAN AND N.U. SEKHAR. 2012. Inpact of elevated temperature on major pest of rice. ClimaRice Technical Brief 10-2012; 6 p.

SATPATHI, C.R, G. KATTI AND Y.G. PRASAD. 2011. Effect of seasenal variation live table of brown planthopper Nilaparvata lugens Stal on rice plant in East India. Middle –East Journal of Scientific Research 10 (3): 370-373

SHARMA, H.C. 2010. Global warming and climate change: Impact on arthropod biodiversity, pest management, and food security. In National Symposium on Perspectives and Challenges of Integrated Pest Management for Sustainable Agriculture, 19-21 Nov 2010, Solan.

STANGE, E.E, M.P. MATTHEW. 2010. Ecological effect of climate change, Population Ecology.  http//www.els.net/WileyCDA/ElsArticle/refld-a002255.htp. download 28 Maret 2013.
UNTUNG, K DAN A. TRISYONO, 2011. Wereng batang coklat mengancam swasembada beras. http://faperta.ugm.ac.id/fokus  Akses 9 Juli 2011
WIKIPEDIA, THE FREE ENCYCLOPEDIA. 2013. Climate change and agriculture. http //en.wikipedia.org/wiki/Climate_change_and_agriculture. Download 28/2-2013.
YAMAMURA, K., M. YOKOZAWA, M. NISHIMORI, Y. UEDA, AND T. YOKOSUKA. 2006. Global warming increase the yield loss caused by insect pest in paddy f ield. How to analyze long-term insect population dynamics under climate change: 50-years data of three insect pest in paddy field. Population Ecology 48: 31-48. http//cse.niaes.affrc.go.jp/yamamura/topic22Ehtp. Download 4/3/2013.